TOPIK
7 KEBIASAAN ANAK INDONESIA HEBAT
JUDUL
PENERAPAN 7 KEBIASAAN ANAK INDONESIA HEBAT MELALUI PENANAMAN NILAI BUDAYA 3 S (SIPAKATAU, SIPAKALEBBI dan SIPAKAINGE) PADA MURID DI SMPN 1 PEDONGGA
(Diajukan sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Apresiasi GTK Tahun 2025)
Oleh:
Makkulahu, S. Pd. M.Pd. (Kepala Sekolah)
SMPN 1 PEDONGGA KABUPATEN PASANGKAYU SULAWESI BARAT
Email: makkulahu57@admin.smp.belajar.id
I PENDAHULUAN
Pada kegiatan praktik baik ini, akan dibahas tentang proses dari praktik baik dengan menggunakan alur STAR (Situasi, Tantangan, Aksi dan Refleksi). Untuk bagian pendahuluan akan mengupas dua alur dari alur STAR, yaitu situasi dan tantangan.
A. Situasi
Pendidikan pada hakikatnya tidak hanya berorientasi pada penguasaan pengetahuan, tetapi juga pada pembentukan karakter peserta didik. Dalam era globalisasi yang penuh tantangan ini, sekolah memiliki peran strategis untuk menanamkan nilai-nilai karakter luhur agar peserta didik tumbuh menjadi pribadi yang beriman, berakhlak mulia, mandiri, dan berdaya saing. Salah satu upaya strategis untuk mencapai tujuan itu adalah melalui penerapan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat (7 KAIH) dalam lingkungan sekolah.
Program 7 KAIH yang meliputi kebiasaan (1) Disiplin, (2) Tanggung jawab, (3) Jujur, (4) Peduli, (5) Kerja keras, (6) Kreatif, dan (7) Cinta tanah air, menjadi landasan penting dalam pembentukan karakter positif siswa di SMP. Nilai-nilai ini sejalan dengan visi sekolah untuk menciptakan generasi yang unggul dalam prestasi serta berkarakter kuat.
Sebagai pemimpin Pembelajaran , saya memandang penting untuk menghadirkan inovasi dalam penerapan 7 KAIH agar tidak sekadar menjadi slogan, tetapi benar-benar terinternalisasi dalam perilaku sehari-hari siswa, guru, dan seluruh warga sekolah. Inovasi ini diwujudkan melalui penanaman nilai “SIPAKATAU, SIPAKALEBBI dan SIPAKAINGE ”, artinya saling memanusiakan, salaing menghargai dan menghormati serta saling mengingatkan dengan mengintegrasikan 7 KAIH dalam seluruh aspek kegiatan sekolah, baik dalam pembelajaran, kegiatan ekstrakurikuler, maupun budaya sekolah, sebab “SIPAKATAU, SIPAKALEBBI DAN SIPAKAINGE ”, merupakan bagian dari budaya dan kearifan lokal masyarakat bugis makassar yang merupakan filosofi hidup yang turun temurun.
Melalui karya inovatif ini, diharapkan lahir praktik baik (best practice) yang dapat menjadi inspirasi bagi sekolah lain dalam menumbuhkan karakter siswa secara menyenangkan, kontekstual, dan berkelanjutan. Dengan demikian, sekolah menjadi tempat yang tidak hanya mencerdaskan, tetapi juga membentuk insan Indonesia yang hebat, tangguh, berkarakter dan berakhlak mulia
Selanjutnya, para kepala sekolah dapat menciptakan dan/atau mengembangkan serta menerapkan berbagai macam praktik baik (best practices) yang dapat menjadi inspirasi dan motivasi bagi rekan sesama kepala sekolah untuk melakukan hal serupa. Selain itu, diharapkan pula lebih banyak kepala sekolah yang melakukan berbagai macam aktivitas positif yang berkontribusi terhadap peningkatan kualitas pendidikan, khususnya di jenjang SMP.
Sejalan dengan hal tersebut, Kementrian Pendidikan Dasar dan Menengah membuat sebuah kegiatan yang diberi nama Penghargaan GTK tahun 2025. Penyelenggaraan kegiatan Penghargaan GTK merujuk tema Hari Guru Nasional Tahun 2025, yaitu “GTK Hebat, Indonesia Kuat”. Penghargaan GTK adalah kegiatan yang diselenggarakan oleh Ditjen GTK dalam rangka perayaan besar untuk memperingati Hari Guru Nasional (HGN) sebagai bentuk penghargaan bagi para Guru dan Tenaga kependidikan dari seluruh Indonesia yang telah berinovasi, berdedikasi dan pelopor komunitas belajar dalam peningkatan kualitas pendidikan, serta memberikan penghargaan kepada tokoh masyarakat yang kiprahnya berdampak luas pada peningkatan kualitas Pendidikan di Indonesia.
Pada kegiatan penghargaan GTK ini dibagi kedalam beberapa kategori yaitu:
1. GTK Transformatif,
2. GTK Dedikatif, dan
3. GTK Pelopor Komunitasb Belajar.
Dari kategori tersebut dibagi ke dalam beberapa jenis penilaian mulai dari guru, kepala sekolah, pengawas sekolah dan tenaga kependidikan, serta masyarakat pada semua jenjang. Oleh karena itu, saya sebagai kepala sekolah pada satuan Pendidikan tingkat SMP, merasa terpanggil dan tertantang mengikuti kegiatan tersebut. Saya memilih kategori kepala sekolah transformatif dengan alasan yang sederhana yaitu ingin membagi peraktik baik yang kami lakukan di sekolah kami. Topik yang saya pilih adalah “Penerapan 7 KAIH” , dengan Judul “Penerapan 7 KAIH melalui Penanaman Nilai Budaya 3S (sipakatau, sipakalebbi dan sipakainge) Pada Murid di SMPN 1 Pedongga”. Saya memilih topik dan judul tersebut karena melihat situasi atau keadaan saat sebelum dilakukan kegiatan praktik baik ini adalah
1. kecenderungan murid di sekolah kami yang belum memahami makna dari 7 KAIH trerutama karakter dan sikap;
2. Sebagian besar murid belum menerapkan sepenuhnya 7 KAIH baik di sekolah maupun di lingkungan tempat tinggalnya tanpa perintah dari guru dan orang tua.
Jadi, dari situasi yang telah disebutkan di atas saya selaku kepala sekolah merasa bertanggung jawab dengan keadaan dan situasi yang terjadi sehingga saya merancang sebuah program atau kegiatan yang dapat menjawab atau menyelesaikan situasi tersebut. Oleh karena itu, saya merancang kegiatan dimana situasi-situasi tersebut diatas dapat dipecahkan.
B. Tantangan
Adapun tujuan saya dalam mengikuti kegiatan apresiasi GTK hebat tahun 2025 adalah untuk mengaplikasikan pengetahuan dan pemahaman saya dalam mengaplikasikan 7 kebiasaan anak Indonesia hebat pada satuan pendidikan. Selain itu, saya ingin berkolaborasi dengan seprofesi dan sefrekuensi dengan saya tentang praktik baik yang saya lakukan di sekolah saya sebagai pemimpin pembelajar.
Namun dalam melaksanakan praktik baik ini ada beberapa tantangan yang di hadapi pada satuan Pendidikan kami. Tantangan yang dihadapi dalam kegiatan ini antara lain:
1. Latar belakang murid yang berbeda-beda.
2. Orang tua yang cenderung cuek dan acuh tak acuh dalam pembinaan karakter anak di lingkungan keluarga.
3. Murid selalu menunggu perintah dan pengawasan untuk melakukan sesuatu.
Dari tantangan di atas yang terlibat adalah kepala sekolah sebagai pelaku dalam kegiatan praktik baik yang akan dilakukan. Kemudian guru dan murid yang berperan langsung dalam kegiatan tersebut. Selanjutnya ada orang tua yang akan membantu terlaksananya penerapan 7 KAIH di lingkungan keluarga.
II. PEMBAHASAN DAN ISI
Pada bagian ini, akan dibahas tentang proses alur Aksi, pada alur STAR. Untuk melaksanakan aksi dalam menjawab tantangan tersebut supaya kegiatan ini dapat berjalan dengan baik adalah:
A. Persiapan Awal
1. Melakukan sosialisasi kepada semua pihak yang terlibat dengan menghadirkan guru dan tenaga kependidikan serta perwakilan dari murid dan orang tua murid tentang konsep dari penanaman nilai budaya 3S (sipakatau, sipakalebbi dan sipakainge) pada peraktik baik yang akan dilakukan.
2. Menyepakati komitmen bersama dalam penanaman nilai budaya 3S (sipakatau, sipakalebbi dan sipakainge).
3. Melakukan sosialisasi kepada murid dalam penanaman nilai budaya 3S (sipakatau, sipakalebbi dan sipakainge) dalam penerapan 7 KAIH.
4. Menandatangani komitmen bersama yang telah disepakati pada saat kegiatan sosialisasi dari unsur guru, orang tua murid dan siswa.
5. Membentuk tim penanggung jawab dari kegiatan penerapan 7 KAIH
6. Melakukan penyelarasan kegiatan pembiasaan yang dilakukan sebelumya di lingkungan sekolah seperti kegiatan senam, makan sehat dan bergizi, gemar belajar, ibadah sesuai dengan kepercayaan masing-masing, dan bakti sosial.
7. Sekolah melibatkan guru wali untuk membantu tim dalam memantau perkembangan anak binaannya dengan membuat grup watshaap bersama anak binaanya dan diketahui oleh orang tua murid.
B, Pelaksanaan Kegiatan
Pada tahap pelaksanaan saya memastikan kalau semua tahap persiapan sudah selesai. Pada tahap pelaksanaan kegiatan ini ada beberapa tahapan yang dilakukan yaitu:
1. Di awali dipagi hari saat murid datang ke sekolah tim bersama guru piket menyambut murid sekaligus mengecek murid yang terlambat datang ke sekolah, hal ini penting karana untuk memastikan apakah murid semalam tidur cepat dan bangun cepat atau tidak. Pada kegiatan ini penerapan nilai budaya 3S yang diharapkan antara lain:
a. Sipakatau yaitu membiasakan menyambut tamu yang datang dengan cara menyemput kedatangan tamu di depan pintu selanjutnya menyapa dan menyalami.
b. Sipakalebbi yaitu sebagai murid ketika bertemu dengan orang yang lebih tua kita harus menyalami dan memberi hormat terlihat saat murid masuk di pintu gerbang murid menyalami guru dengan cara cium tangan.
c. Sipakainge yaitu terlihat pada saat guru menanyakan kabar murid setelah selesai salam dengan gurunya, selanjutnya ketika ada murid terlambat guru piket bertanya tentang perihal keterlambatannya mengingatkan tentang komitmen bersama yang telah ditandatangani
2. Melakukan followup terhadap murid yang masih terlambat dengan tehnik segitiga bermakna yaitu dari murid kepada guru dan lanjut ke orang tua murid, dengan kunjungan ke rumah murid guna menyelesaikan kendala-kendala dari murid yang datang terlambat, dengan menggunakan segitiga bermakna yaitu murid, guru dan orang tua murid.
3. Tim yang terbentuk memantau pelaksanaan 7 KAIH di lingkungan sekolah antara lain
a. ibadah dalam kegiatan shalat duha dan shalat duhur secara berjamaah bagi murid yang beragama Islam, ibadah pagi bagi umat Kristen serta sembahyang bagi umat Hindu, penerapan nilai budaya yang terjadi antara lain
- Sipakalebbi yaitu murid dalam melaksanakan ibadah sesuai dengan kepercayaannya masing-masing dengan saling menghargai satu sama lain sehingga murid melaksanakan ibadah tanpa gangguan dari murid lain.
- Sipakainge terlihat pada saat waktu ibadah para murid saling mengingatkan untuk melaksanakan ibadah sesuai kepercayaan masing-masing.
b. berolahraga melalui kegiatan senam anak Indonesia hebat, nilai budaya 3S yang diharapkan yaitu Sipakalebbi, murid saat melakukan kegiatan senam tidak saling mengganggu satu sama lain, tidak mengejek temannya yang belum hafal gerakan senam, para murid tertib dan harus semangat melakukan senam.
c. gemar belajar melalui kegiatan literasi umum dan al kitab, nilai budaya 3S yang diharapkani yaitu Sipakalebbi terlihat saat kegiatan literasi murid tidak saling mengganggu baik literasi umum maupun literasi al kitab, murid membaca dengan tenang dan duduk tertib sesuai dengan kenyamanan murid.
d. bermasyarakat dalam kegiatan bakti sosial di lingkungan sekolah setiap hari jumat satu kali dalam sebulan atau disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekolah, nilai budaya 3S yang diharapkan antara lain:
- Sipakatau yaitu murid salaing tolong menolong dalan kegiatan kerja bakti, semua murid terlibat, mereka bekerja sama untuk membersihkan lingkungan sekolah dan sekitarnya seperti tempat ibadah dan lapangan yang ada di depan sekolah kami.
e. Makan sehat dan bergizi, kegiatan ini dilaksanakan di sekolah kami dua kali dalam sebulan , setiap murid membawa bekal dari rumah untuk dimakan bersama di sekolah nilai budaya 3S yang diharapkan yaitu Sipakalebbi. Murid tidak boleh saling mencela antara satu dengan yang lain dari makanan yang di bawa dari rumah masing-masing bahkan mereka saling berbagi dan bertukar makanan.
Dokumentasi kegiatan yang dilakukan di lingkungan sekolah
f. Tim menjalin koordinasi via watshaap dengan orang tua murid tentang perkembangan penerapan 7 KAIH di lingkungan keluarga.
g. Memastikan penerapan nilai budaya 3S (Sipakatau, Sipakalebbi dan Sipakainge) dalam kegiatan penerapan 7 KAIH dapat berjalan lancar baik di lingkungan sekolah maupun keluarga.dengan penuh tanggung jawab.
h. Melakukan refleksi setiap sebulan sekali bersama warga sekolah tentang pelaksanaan 7 KAIH dengan penanaman nilai budaya 3S (Sipakatau, Sipakalebbi dan Sipakainge).
i. Menyusun rencana tindak lanjut dari hasil refleksi bersama warga sekolah.
I. PENUTUP
Pada bagian ini alur terakhir adalah refleksi dari praktik baik yang telah dilakukan yaitu:
A. Dampak yang didapatkan dari praktik baik ini antara lain:
1. Murid memiliki tanggung jawab dan kedisiplinan dalam melaksanakan 7 KAIH baik di sekolah maupun di rumah. Karena adanya komitmen bersama yang telah ditandatangani di awal tahun.
2. Tertanamnya nilai budaya 3S dalam penerapan 7 KAIH baik di sekolah maupun di lingkungan tempat tinggal murid.
3. Terbentuknya sikap kemandirian, kejujuran, peduli dan kerja keras pada murid.
4. Sebagian besar murid merasa siap dalam menghadapi tantangan dari
masalah yang ada karena memiliki sikap kemandirian.
5. Murid memiliki kepedulian yang besar terhadap sesama teman.
B. Respon yang dihasilkan dari orang tua murid antara lain:
1. Senang melihat perubahan anaknya kea rah yang lebih baik.
2. Orang tua merasa bangga dilibatkan dalam pembentukan sikap anaknya.
3. Terjalin hubungan erat yang baik antara orang tua dan guru wali khususnya dalam mendidik anaknya.
4. Anaknya rajin melaksanakan ibadah tanpa diperintah sama orang tua.
5. Semoga kegiatan ini berkelanjutan sehingga dapat meningkatkan karakter anaknya.
6. Terbentuknya karakter anak yang baik.
Sebagai penutup, dari hasil praktik baik yang telah saya lakukan saya berharap kepada sekolah yang akan menerapkan 7 KAIH dapat menjadi pilihan peraktik baik ini. oleh Kemendikdasmen.
Mari kita saling berkolaborasi dalam menyukseskan program dari kemendikdasmen tentang penerapan 7 KAIH pada murid. Hal ini untuk menumbuhkan semangat kebanggaan, keteladanan, profesionalisme GTK dalam mendukung terwujudnya Pendidikan yang bermutu untuk semua dan relevan dengan tuntutan zaman. Selanjutnya melakukan inovasi agar dapat terwuju GTK hebat Indonesia kuat sebagaiman tema hari guru tahun 2025 “GTK Hebat Indonesia Kuat”. Mari bergerak bersama menyongsong generasi emas yang gemilang. Sekian praktik baik ini, ok gas, ok gas, salam transformatif. (*)

Posted by 

Emoticon