BLANTERVIO103

Ilmu Falak Cerminan Tegaknya Pradaban Islam

Ilmu Falak Cerminan Tegaknya Pradaban Islam
Jumat, 05 Juli 2019

Oleh : Mursyid Fikri (Dosen Ilmu Falak Universitas Muhammadiyah Makassar)

Suatu pradaban dikatakan maju ketika mampu meninggakan jejak simbol pradaban yang menandakan adanya aktivitas Budaya, Interaksi  Sosial  dan Dinamika Keilmuan yang terstruktur buah dari Pradaban tersebut.

Ilmu falak sendiri merupakan bagian terpenting dalam sejarah pradaban Islam. Sejarah telah mencatat, Cendekiawan dan para Al-Falaky (gelar bagi orang yang mendalami ilmu falak) bermunculan saat pradaban islam di puncak keemasan dan ketika Islam mengalami kemunduran Gaung Ilmu Falak tidak lagi didengar, bahkan umat islampun sampai saat ini banyak yang tidak mengenal istilah “Ilmu Falak”.

Di masa kejayaan Islam ilmuan Arab dikenal piawai dalam melakukan modifikasi instrumen-instrumen ilmu falak yang telah ada menjadi lebih akurat dan praktis. Instrumen yang paling populer adalah astrolabe, rubu mujayyab dan sundial (Jam Matahari) yang pernah muncul di pradaban Yunani, bahkan bukan hanya sebatas memodifikasi bentuk dan fungsi melainkan mampu menghasilkan instrumen orisinal yang belum pernah ada diperdaban sebelumnya.

Ibn. Syatir pada abad ke 8 H telah membuat alat penentu waktu berdasarkan bayangan-bayangan suatu benda bernama Al-basith yang peninggalannya menjadi kebanggaan Kota Damaskus yang diletakkan di menara Masjid Damaskus sehingga menjadikan kota ini namfak elegan sebagai bukti dari dialektika keilmuan masa yang telah ada.

Fenomena tersebut menandakan bahwa adanya korelasi positif antara tegaknya perdaban islam dengan perkembangan keilmuan falak yang menjadi  cerminan simbol eksistensi Islam, begitu sangat di sayangkan ketika simbol pradaban islam tersebut (Ilmu falak) dari hari ke hari seakan-akan asing di telinga masyarakat padahal segala bentuk berkaitan waktu-waktu peribadatan umat Islam yakni shalat, puasa, dan hari raya merupakan eksistensi dari keberdaan Ilmu falak.

Oleh sebab itu harusnya para pegiat ilmu falak perlu melakukan revolusi gerakan keilmuan yang bukan hanya berputar pada roda Perdebatan antara mana yang benar hisab atau rukyat sehingga hal ini berdamfak terhadap masyarakat awam yang semakin alergi bahkan cenderung apatis dengan eksistensi keilmuan ini, hal ini yang menyebabkan munculnya  pembelahan di kalangan masyarakat awam sehingga mereka saling menjudge kebenaran.

Harusnya penganut hisab dan rukyat (pegiat falak) masing-masing fokus terhadap bagaimana melakukan transformasi keilmuan kepada masyarakat yang memasuki semua dimensi kehidupan. Perlu dipahami bahwa dimensi ilmu falak tidar hanya sebatas dimensi keilmuan (intektuaitas) namun juga didalamnya ada dimensi spritualitas, politik dan sosial.

Ilmu Falak dalam dimensi intelektualitas berdasarkan lintasan sejarah kehadiranya merupakan buah dari semangat para ilmuan Islam terdahulu sebagai bentuk pengejawantahan Firman Allah Swt yang pertama kali turun (Al-Alaq 1-5) yang merupakan Implementasi dari semangat Keingintahuan dan usaha yang real dalam mengaplikasikan perintah membaca, mentadabburi dan meresapi sepenuh hati ciptaan Allah SWT.

Ini membuktikan bahwa Peradaban islam muncul karena Adanya rasa patuh dan taat akan Perintah Allah SWT dalam terus mengembangkan Pengetahuan manusia baik pengetahuan tentang dirinya, orang lain terlebih lagi pengetahuan yang berhubungan dengan Alam semesta. Maka sepatutnya dimensi keilmuan tersebut harus mampu menumbuhkan sikap Tawadhu bagi  seorang pegiat Falak bahwa manusia Hakikatnya sangat kecil ketika di bandingkan dengan Ciptaan Allah yang lainnya, terlebih lagi ketika mau di bandingkan dengan kebesaran Allah SWT.

Sehingga ketika Perasaan ini senantiasa di tumbuhkan maka berkorelasi Positif terhadap ghirah jihad Para penuntut ilmu untuk senantiasa mengembangkan, menumbuhkan dan menghidupkan semangat berkarya. Karena sangat di sayangkan buah dari perkembangan ilmu Falak hanya terbatas dalam ruang lingkup Kajian teoritis tanpa Menghasilkan sebua karya orisinil yang baru, berupa instrumen penunjang pembelajaran Ilmu falak  yang nantinya menjadi simbol pergolakan budaya intelktualitas di dalam Dunia Islam.

Ditinjau dari dimensi Spritualitas, ilmu falak Merupakan bukti kecintaan para pegiatnya Akan peribadatan umat islam, mengingat bahwa Kunci tegaknya islam terletak pada sejauh mana  kedisiplinan manusia dalam menjalankan perintah Allah SWT terkhusus menjalankan kewajiban perintah Sholat, Puasa dan hari raya besar Islam. Nabi Muhammad Saw bersabda “bahwa sholat adalah tiangnya agama, barang siapa yang meneggakan shalat maka telah meneggakkan agama” sehingga kehadiran ilmu falak merupakan cerminan tegaknya agama Islam.

Oleh sebab itu harusnya ilmu falak tidak hanya mencakup hitungan astronomis penentuan waktu-waktu shalat namun harus mengarah pada dimensi spritualitas yakni menegakkan kedisiplinan dan kesadaran shalat di awal waktu. Pada proses pembelajaran ilmu falak tidak bisa dipisakan dengan sisi dakwah yang  berorientasi pada kedisiplinan waktu sehingga ini menjadi bekal bagi para pegiatnya untuk tumbuh menjadi insan yang mandiri dan profesional.

Yang terakhir menjadi ruang lingkup dimensi ilmu falak yakni erat kaitannya terhadap dinamika sosial dan politik, suatu bangsa dapat dikenang dalam sejarah ketika memiliki peninggalan berupa simbol kejayaan kebangsaan dan kebudayaan, sama halnya dalam sejarah kekhalifaan islam  dalam pengebangan ilmu falak yang menjadi penanda kejayaan islam di masa itu. Khalifah al-ma’mun mencatat sebagai khalifah pertama yang mendirikan observatorium dalam perdaban islam yaitu observatorium yang berlokasi di dua pos observasi yakni Syamsiyah di baghdad dan di bukit Qasiyun damaskus.

Observatorium ini hadir karena adanya persentuhan antara dunia politik dan kebutuhan sosial masyarakat islam khususnya ilmuan islam di masa itu. Dan pengembangan observatorium berikutnya lahir dari buah persentuhan antara penguasa (raja) dan ilmuan falak oleh sebab itu peran penguasa dalam menciptakan  sebuah simbol peradaban sangatlah signifikan.  Olehnya itu untuk mengembaikkan kejayaan Ilmu falak peran pemerintah dalam menghasilkan proyek instrumen keilmuan yang dapat di nikmati oleh seluruh lapisan masyarakat sekaligus proyek tersebut menjadi simbol kejayaan suatu negara. Sangat di sayangkan hari ini perkemabngan observatorium di indonesia sangatlah lambat dikarenakan pengelolaan observatorium bersifat pribadi bahkan persebarannyapun tidak merata di suluruh indonesia. Sulawesi Selatan sendiri sampai saat belum memiliki observatorium yang dapat di jadikan pusat pemantauaan gerak benda-benda langit.

Para pegiat falak perlu melakukan peneropongan terhadap berbagai problematika keilmuan falak bukan hanya fokus terhadap meneropong benda-benda langit khususnya hilal awal bulan namun perlu merancang strategi pengajaran ilmu falak yang menyentuh berbagai lini pendidikan menengah atas dan pasantren-pasantren. Sehinggah girah keinginan mengembangkan peradaban islam semakin tertanan di dalam jiwa para peserta didik. Gerakan komunitas falak berkemajuan merupakan ide yang di tawarkan untuk bergerak mengembangkan, mensosialisasikan dan mengajarkan berbagai aktivitas falak yang sarat akan nilai sejarah dan perjuangan. (*)


Share This Article :

TAMBAHKAN KOMENTAR

Click here for comments 1 komentar:

  1. Saya & Ust.Mursyid Dulu pernah sama2 belajar ilmu falak di UIN Walisongo Semarang. Kini sdh menjadi tokoh falak di SumSel semangat terus!

    BalasHapus
3160458705819572409