BLANTERVIO103

Begini Potensi Tanaman Bawang Merah di Sidrap

Begini Potensi Tanaman Bawang Merah di Sidrap
Kamis, 19 September 2019

SIDRAP, LENTERAMERAHNEWS--Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap) sejak dulu dikenal sebagai daerah penghasil beras terbesar di Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel), sehingga digelari daerah lumbung pangan nasional.

Ternyata, selain dapat memproduksi gabah dari tanaman padi, Kabupaten Sidrap memiliki potensi tanaman yang cukup menjanjikan untuk dikembangkan disejumlah wilayah daerah Bumi Nene Mallomo ini.

Tanaman itu adalah bawang merah Bawang merah dalam bahasa latinnya Allium cepa L. Kelompok Aggregatum adalah salah satu bumbu masak utama dunia yang berasal dari Iran, Pakistan, dan pegunungan-pegunungan di sebelah utaranya, tetapi kemudian menyebar ke berbagai penjuru dunia, baik sub-tropis maupun tropis.

Wujudnya berupa umbi yang dapat dimakan mentah, untuk bumbu masak, acar, obat tradisional, kulit umbinya dapat dijadikan zat pewarna dan daunnya dapat pula digunakan untuk campuran sayur.



Ridwan, salah seorang petani yang melakukan uji coba terhadap tanaman bawang ini disawah miliknya akhirnya membuktikan jika, tanaman bawang cocok ditanam di daerah Desa Carawali dan Desa Ciro-Ciroe, Kecamatan Watang Pulu.

Ditemui saat panen tanaman bawang miliknya di Carawali, Kamis, (19/9/2019), dia akui sawah miliknya yang dilakukan uji coba tanaman bawang hanya seluas 9 Are, yang ditanami bibit bawang sebanyak 75 kilogram.

Bibit yang diperoleh dari Kabupaten Enrekang ini dibeli dengan harga Rp 27 ribu perkilogramnya. Menurut Ridwan, sejak ditanam hingga panen biasanya memakan waktu 60 hari sampai 70 hari.

"Dari 9 Are ditanami bibit 75 kilogram hasil panen bisa capai 1 Ton 1 kwintal," jelasnya.

Ketika ditanyakan berapa harga bawang saat panen tiba, Ridwan akui bawangnya laku dengan Harga Rp. 15 ribu perkilonya. Jadi, jika dikalkulasi dari areal sawah 9 Are, dengan hasil 1100 kilogram dengan harga Rp15. 000/kilo maka, bisa menghasilkan Rp 16.500.000, dalam waktu 2 bulan.


Ridwan juga mengaku tidak pernah mendapatkan bimbingan dari pihak manapun termasuk dari Dinas Pertanian Sidrap, bahkan dia lakukan metode bertani bawang hanya belajar otodidak. Begitupun dengan bantuan dari pemerintah, tak pernah dia dapatkan.

Harapannya, jika pemerintah bisa memberikan bantuan berupa bibit bawang atau bantuan pengeboran air sumur, karena perawatan tanaman bawang ini memerlukan perhatian khusus dan sangat bergantung dengan kondisi cuaca, sangat bergantung adanya ketersedian air.

Bagaimana pemerintah Kabupaten Sidrap menanggapi prospek tanaman bawang untuk dikembangkan? kita tunggu saja Dinas Pertanian atau instansi terkait. (wis) 
Share This Article :

TAMBAHKAN KOMENTAR

3160458705819572409