BLANTERVIO103

Leimena Institute Bekali Guru Se-Sulsel Literasi Keagamaan Lintas Budaya

Leimena Institute Bekali Guru Se-Sulsel Literasi Keagamaan Lintas Budaya
Senin, 11 Agustus 2025


MAKASSAR, LENTERAMERAHNEWS– Di tengah meningkatnya keberagaman di ruang kelas, para pendidik dituntut tak hanya menguasai materi ajar, tetapi juga mampu menumbuhkan toleransi dan sikap inklusif. Menjawab tantangan tersebut, Leimena Institute menggelar Workshop Hybrid Literasi Keagamaan Lintas Budaya (LKLB) pada 8–10 Agustus 2025 di Hotel Santika Makassar.


Workshop ini memadukan pembelajaran teori, praktik micro teaching, hingga kunjungan lintas agama untuk memperkuat kapasitas guru dalam mengelola keragaman di sekolah.


Direktur Program Leimena Institute menjelaskan, kegiatan ini dirancang untuk membekali guru dengan pemahaman komprehensif mengenai LKLB dan keterkaitannya dengan Kurikulum Nasional, keterampilan mengintegrasikan nilai-nilai toleransi ke dalam modul ajar atau program sekolah, serta kemampuan mempraktikkan pembelajaran berbasis LKLB di satuan pendidikan masing-masing.



Kegiatan dibuka dengan materi dari narasumber nasional, Dra. Yayah Khisbiyah, M.A., bertajuk “Relevansi Literasi Keagamaan Lintas Budaya dalam Masyarakat Majemuk”. Yayah menegaskan pentingnya keterampilan lintas budaya bagi pendidik agar pembelajaran tidak sekadar mentransfer pengetahuan, tetapi juga menumbuhkan rasa hormat terhadap keberagaman.


Sesi berikutnya diisi Listia Suprobo, S.Ag., M.Hum., yang memaparkan “Implementasi LKLB di Sekolah & Pembuatan Rancangan Pembelajaran/Modul Ajar”. Para peserta kemudian mempraktikkan micro teaching untuk memastikan nilai-nilai LKLB dapat diinternalisasikan secara efektif di kelas.


Tak hanya teori, peserta juga mengikuti kunjungan lapangan ke Gereja Jemaat Toraja Bawakaraeng dan Masjid Al Markaz Al Islami Makassar, untuk mendapatkan wawasan langsung tentang harmoni sosial di tengah masyarakat majemuk.



Kepala UPT SD Negeri 10 Benteng sekaligus Ketua KKG PAI Kabupaten Sidrap, Zulkifli, menyampaikan kesan positifnya.

“Materi dan praktik lapangan yang diberikan sangat relevan dengan konteks sekolah kami. Workshop ini menjadi panduan praktis menjadikan sekolah sebagai ruang aman, inklusif, dan kondusif bagi pembentukan karakter peserta didik yang menghargai perbedaan,” ujarnya.



Ia berharap ilmu dan pengalaman yang diperoleh tidak berhenti pada peserta saja.

“Kami bertekad agar seluruh guru di sekolah, termasuk teman-teman Guru PAI Kabupaten Sidrap, merasakan manfaat yang sama, sehingga budaya toleransi dan inklusivitas dapat hidup dalam setiap pembelajaran,” tambahnya.


Kegiatan diakhiri dengan penyusunan Rencana Tindak Lanjut (RTL) yang akan diterapkan di sekolah masing-masing. Leimena Institute berharap implementasi hasil workshop ini dapat menjadi model praktik baik penguatan moderasi beragama di tingkat satuan pendidikan, khususnya di wilayah yang memiliki keragaman budaya dan agama. (*) 



Share This Article :

TAMBAHKAN KOMENTAR

3160458705819572409