BLANTERVIO103

Nilai-Nilai Keagamaan Luhur Menjadi Pegangan: Menyongsong Indonesia Emas di Tengah Pergolakan Global

Nilai-Nilai Keagamaan Luhur Menjadi Pegangan: Menyongsong Indonesia Emas di Tengah Pergolakan Global
Selasa, 28 Oktober 2025

 


Oleh: Dr. Mursyid Fikri, S.Pd.I., M.H

Ketua Gugus Kendali Mutu FAI Unismuh Makassar


Setiap kali bangsa ini memperingati Hari Sumpah Pemuda, kita seolah diingatkan kembali pada akar jati diri yang menumbuhkan semangat kebangsaan: persatuan, pengorbanan, dan nilai-nilai keagamaan luhur. Ikrar Sumpah Pemuda tahun 1928 bukan sekadar peristiwa sejarah, melainkan momentum kebangkitan moral, sosial, dan spiritual bangsa.


*Sumpah Pemuda: Manifesto Moral dan Spiritualitas Bangsa*


Sumpah Pemuda adalah tonggak sejarah yang menegaskan bahwa bangsa Indonesia lahir dari semangat persaudaraan, bukan kekuasaan. Para pemuda 1928 datang dari latar suku, agama, dan daerah yang berbeda, tetapi mereka disatukan oleh nilai iman dan cita-cita luhur untuk membebaskan bangsa dari penjajahan. Dalam konteks itulah, nilai-nilai keagamaan menjadi sumber kekuatan moral, karena agama mengajarkan kasih sayang, keadilan, dan pengabdian kepada sesama.


Di tengah dunia yang terus berubah, pesan Sumpah Pemuda tetap hidup: bahwa kemajuan tanpa iman akan kehilangan arah, dan ilmu tanpa moral akan kehilangan makna


*Semangat Pemuda dan Tantangan Zaman*


Generasi muda hari ini dihadapkan pada tantangan global yang kompleks krisis moral, arus informasi yang tak terbendung, serta kompetisi global yang ketat. Namun, seperti generasi 1928, pemuda masa kini harus menjadi penentu arah perubahan, bukan sekadar pengikut arus zaman.


Pemuda yang tangguh adalah mereka yang tidak kehilangan idealisme dan akar nilai-nilai luhur bangsanya. Mereka harus berani berbeda, berani berpikir kritis, tetapi tetap berpegang pada etika dan spiritualitas.


*Kolaborasi Lintas Disiplin dan Lintas Generasi*


Indonesia Emas 2045 hanya akan terwujud jika ada sinergi antara generasi muda dan generasi sebelumnya, antara ilmu pengetahuan dan nilai keagamaan, antara kampus dan masyarakat.

Ilmuwan, ekonom, pendidik, dan ulama harus berjalan seirama membangun bangsa dengan pendekatan yang kolaboratif dan inklusif. Setiap disiplin ilmu memiliki peran dalam mewujudkan keadilan sosial dan kemakmuran umat manusia.


Pemuda tidak bisa berdiri sendiri. Mereka harus belajar dari pengalaman generasi pendahulu, sembari menanamkan nilai baru yang relevan dengan zaman. Peran lintas generasi menjadi kunci kesinambungan peradaban.


*Kesadaran Amanah dan Empati Sosial*


Dalam setiap perjuangan, pemuda memikul amanah besar. Amanah untuk menjaga bangsa, agama, dan nilai kemanusiaan. Amanah itu menuntut empati sosial – kepekaan terhadap kesenjangan, penderitaan, dan ketidakadilan.


Empati inilah yang melahirkan tanggung jawab moral. Pemuda tidak boleh hidup di menara gading intelektual semata. Mereka harus turun ke masyarakat, mendengar suara rakyat kecil, dan memberikan solusi nyata berbasis nilai keislaman dan kemanusiaan.


*Membentuk Karakter Keindonesiaan di Tengah Globalisasi*


Budaya global hari ini menawarkan gaya hidup instan dan materialistik yang sering kali menjauhkan pemuda dari akar budayanya. Namun, nilai-nilai keagamaan dan kearifan lokal dapat menjadi pagar moral agar pemuda tetap teguh pada karakter keindonesiaan.


Menjadi pemuda Indonesia berarti memiliki jati diri yang kuat, berakhlak mulia, mencintai tanah air, dan menjaga harmoni sosial. Dengan fondasi spiritual yang kokoh, pemuda Indonesia tidak akan kehilangan arah, bahkan ketika dunia di sekelilingnya berubah dengan cepat.


*Peran Kampus sebagai Pusat Pencerahan dan Peradaban*


Kampus memiliki posisi strategis dalam mengarahkan kualitas generasi muda bangsa. Ia bukan hanya tempat menimba ilmu, melainkan pusat pencerahan, pembentukan karakter, dan pengembangan budaya mutu.


Kampus berperan sebagai penyambung nilai-nilai keagamaan dengan realitas akademik dan sosial, menjembatani antara teori dan amal, antara pengetahuan dan kebijaksanaan.

Perguruan tinggi harus meneguhkan dirinya sebagai menara cahaya bukan menara gading. Di dalamnya, tridarma perguruan tinggi (pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat) harus dijalankan dengan orientasi moral dan spiritual.

• Dalam pendidikan, kampus perlu menanamkan nilai kejujuran, disiplin, dan tanggung jawab.

• Dalam penelitian, kejujuran ilmiah dan kebermanfaatan sosial harus menjadi ruh setiap karya akademik.

• Dalam pengabdian, kampus harus hadir langsung di tengah masyarakat, menjadi pelita yang menerangi, bukan hanya penonton perubahan.

Kampus bermutu adalah kampus yang hidup dari nilai-nilai keagamaan yang luhur nilai yang mengajarkan bahwa ilmu adalah amanah, dan mutu adalah ibadah


*Budaya Mutu dan Kualitas Kampus: Pondasi Masa Depan Bangsa*


Perguruan tinggi memiliki tanggung jawab besar dalam menyiapkan generasi unggul. Kampus yang bermutu adalah kampus yang tidak hanya mencetak sarjana, tetapi juga membentuk manusia berkarakter dan berakhlak.

Budaya mutu tidak boleh hanya berhenti pada dokumen akreditasi atau standar administratif. Ia harus hidup di hati setiap dosen, mahasiswa, dan tenaga kependidikan.


Budaya mutu yang sejati lahir dari jiwa religius, disiplin, dan cinta akan kebenaran. Inilah yang menjadi kekuatan Unismuh Makassar dan lembaga-lembaga pendidikan Islam lainnya: menjadikan iman dan ilmu sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam membangun peradaban bangsa


*Menatap Indonesia Emas dengan Pegangan Nilai Keagamaan*


Ketika bangsa ini berbicara tentang Indonesia Emas 2045, kita tidak hanya membicarakan kekuatan ekonomi atau teknologi, tetapi juga kematangan spiritual dan moral bangsa.


Nilai-nilai keagamaan luhur harus menjadi pegangan dalam setiap kebijakan, riset, dan tindakan sosial. Pemuda adalah pilar utama untuk mewujudkan hal itu – pemuda yang berilmu, beriman, dan berkarakter.

Sebagaimana amanat Sumpah Pemuda, “Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia,” maka hari ini kita dapat memperluas maknanya menjadi:

Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung tinggi nilai keagamaan, keilmuan, dan kemanusiaan untuk Indonesia yang bermutu dan beradab.


Bangsa ini tidak akan besar karena jumlah penduduknya, tetapi karena kualitas jiwa dan karakter anak mudanya.


Dan dari kampus yang berlandaskan nilai-nilai keislaman, mutu, dan keindonesiaan, akan lahir generasi emas yang siap membawa Indonesia bersinar di tengah dunia. (*) 

Share This Article :

TAMBAHKAN KOMENTAR

3160458705819572409