SIDRAP, LENTERAMERAHNEWS— Dengan boneka serigala di tangan dan kostum kambing dari dakron yang ia buat bersama gurunya di sekolah, Fitri Farida Ridwan tampak percaya diri berdiri di atas panggung Hotel Dalton Makassar. Suaranya lembut tapi tegas ketika ia memulai kisah “Serigala sibawa Anak Bembe”, cerita rakyat Bugis yang sarat pesan moral.
Siswi kelas VI UPT SD Negeri 2 Tonronge, Kecamatan Baranti ini menjadi satu-satunya wakil Kabupaten Sidenreng Rappang dalam lomba mendongeng Bahasa Bugis tingkat SD, bagian dari Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) 2025 yang digelar Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan.
Kegiatan yang berlangsung pada 3–5 November 2025 ini merupakan bagian dari upaya Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah dalam merevitalisasi bahasa daerah agar tetap hidup di tengah arus globalisasi.
Fitri bukan wajah baru di dunia mendongeng. Belum lama ini, ia menyabet Juara 1 Lomba Bertutur tingkat Kabupaten yang diadakan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Sidenreng Rappang.
![]() |
| Fitri didampingi guru pembina, Ariyani, S. Pd, M. Pd |
“Fitri itu anak yang penuh ide. Ia tidak hanya bercerita, tapi juga menjiwai setiap karakter,” ujar Ariyani, S.Pd., M.Pd., guru pembina yang setia mendampingi latihan setiap sore di sekolah.
Kepala UPT SD Negeri 2 Tonronge, H. Abd. Rahman Nu’mang, S.Pd., menyebut keberhasilan siswanya itu sebagai bukti bahwa sekolah di daerah pun bisa berprestasi.
“Ini bukan hanya soal menang, tapi tentang menjaga bahasa ibu agar tetap hidup lewat generasi muda,” tuturnya dengan bangga.
Sebelum berangkat ke Makassar, Fitri bersama tujuh peserta lain dari berbagai SD di Sidrap dilepas langsung oleh Wakil Bupati Sidenreng Rappang, Nurkanaah, S.H., M.Si. Dalam sambutannya, ia berpesan agar para peserta menjaga kesehatan, percaya diri, dan membawa nama baik daerah.
“Dengan konsentrasi dan iktikad yang baik, insya Allah kita bisa mencapai hasil terbaik,” ucapnya.
Hajar Nur Hidayah, SKM. M. Kes, Sekretaris Dinas Pendidikan Sidrap juga turut hadir memberi semangat saat Fitri tampil di ajang provinsi. Dukungan ini menjadi suntikan moral penting bagi siswa yang membawa misi kebudayaan, bukan sekadar lomba.
Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) tahun ini menjadi momentum penting bagi sekolah-sekolah di daerah untuk menunjukkan kepedulian terhadap bahasa lokal. Fitri dan teman-temannya adalah wajah muda pelestarian budaya Bugis, mereka bukan sekadar peserta lomba, tapi penjaga warisan tutur.
![]() |
| Fitri, si penjaga bahasa Ibu |
Ketika ditanya apakah ia merasa gugup, Fitri hanya tersenyum.
“Tidak terlalu, karena saya sudah sering tampil. Yang penting bercerita dengan hati,” katanya polos, tapi matanya berbinar.
Di tangan kecil Fitri, cerita rakyat yang dulu hanya terdengar di bale-bale kini kembali hidup di panggung besar. Dari SD Negeri 2 Tonronge, gema bahasa ibu itu pun melintasi batas daerah, menegaskan bahwa pelestarian budaya bisa lahir dari sekolah kecil dengan mimpi besar. (Wis)

Posted by 



Emoticon