BLANTERVIO103

Ketika Sampah Menjadi Cantik, Revolusi Hijau dari UPT SMPN 2 Baranti

Ketika Sampah Menjadi Cantik, Revolusi Hijau dari UPT SMPN 2 Baranti
Kamis, 20 November 2025



Dari Tumpukan Tak Berharga Menjadi Pesona Sekolah

Siapa sangka halaman sebuah sekolah dapat tampil semenarik taman kota, padahal sebagian besar keindahannya berasal dari… sampah? Di UPT SMPN 2 Baranti, Kabupaten Sidrap, pemandangan ini nyata adanya. 


Hiasan dinding warna-warni, pot bunga kreatif, pagar taman dari ban bekas, hingga dekorasi pekarangan yang memukau ternyata terbuat dari barang-barang yang dulunya tak dipandang berharga.


Di bawah sentuhan tangan kreatif Kepala Sekolah Lukman, S.Pd., M.Si, sampah tidak lagi menjadi masalah, tetapi sebuah peluang besar untuk menyelamatkan lingkungan dari dampak negatifnya. 


Ide yang Lahir dari Asap Pembakaran

“Dulu sampah-sampah ini hanya dibakar. Asapnya mencemari udara, dan kita hanya jadi penjaga polusi. Saya berpikir, kenapa tidak dimanfaatkan saja?” ujar Lukman.


Pemikiran sederhana itu menjadi titik awal revolusi hijau di UPT SMPN 2 Baranti. Tahun 2025 menjadi babak baru, sampah tidak lagi dibakar, melainkan dipilah, diolah, dan dihidupkan kembali dalam bentuk karya.



Ketika Sampah Plastik Menjadi Aset dan Keindahan

Sampah plastik yang sebelumnya menjadi ancaman lingkungan kini bertransformasi menjadi, Pot bunga berbagai bentuk dan ukuran, Hiasan dinding berwarna cerah, Dekorasi taman yang membuat pekarangan sekolah tampak ceria


Botol, cup, sendok plastik, hingga wadah bekas minuman kini tampil mempesona setelah dirakit dan diberi sentuhan warna.


Kreasi Ban Mobil Bekas, Dari Limbah Berat Menjadi Taman yang Menawan

Tak hanya plastik, ban mobil bekas yang biasanya teronggok di pojok bengkel kini menemukan kehidupan baru di tangan kreatif warga sekolah. Ban-ban itu, Dicuci, dipotong, lalu dicat warna-warni. Ditata menjadi pagar taman yang unik dan ceria, Dijadikan pot besar untuk tanaman hias, Disusun menjadi ornamen taman yang kokoh sekaligus artistik. 


Kombinasi warna merah, kuning, biru, dan hijau menciptakan nuansa ceria yang menyambut siapa saja yang masuk ke kawasan sekolah. Kini, pagar taman dari ban bekas menjadi ikon baru UPT SMPN 2 Baranti, bukti bahwa limbah besar pun bisa menjadi karya estetika.



Bank Sampah, Mengajarkan Ekonomi Lingkungan Sejak Dini

Inovasi ini makin kuat dengan adanya Bank Sampah Masagenae. Setiap dari 13 kelas memiliki buku bank sampah yang mencatat jumlah plastik yang dikumpulkan.


Alurnya:

1. Siswa memilah sampah plastik.

2. Sampah dikumpulkan sekolah.

3. Plastik dibawa ke Bank Sampah Masagenae.

4. Bank sampah membeli dan mencatat saldo tiap kelas.

Selain mendidik untuk peduli lingkungan, sistem ini juga mengajarkan literasi finansial sederhana.



Organik Jadi Kompos, Plastik Jadi Kerajinan, Kayu Jadi Manfaat

Sampah organik seperti rumput dan daun dikumpulkan untuk dikompos, mendukung program penghijauan di sekitar sekolah. Kayu bekas pun dimanfaatkan sesuai kebutuhan. Hampir semua jenis sampah kini punya fungsi baru.


Gerakan Anti Plastik Sekali Pakai, Semua Wajib Tumbler

Untuk mencegah sampah baru, sekolah memberlakukan aturan disiplin, setiap siswa wajib membawa tumbler, dan setiap kelas menyediakan air galon. Tidak ada lagi botol sekali pakai yang berakhir di tong sampah.



Lebih dari Sekadar Keindahan, Ini Tentang Cara Berpikir Baru

Hari ini, siapa pun yang memasuki UPT SMPN 2 Baranti akan melihat bukti nyata bahwa mengelola sampah bukan hanya tentang kebersihan, tetapi tentang kreativitas dan masa depan. Setiap pot bunga dari plastik, setiap hiasan dinding, dan setiap pagar taman dari ban bekas adalah wujud nyata bahwa keterbatasan bisa diubah menjadi keindahan.


Di tangan Lukman dan seluruh warga sekolah, sampah menemukan takdir baru, bukan sebagai polusi, tetapi sebagai pesona yang menginspirasi dan menyelamatkan lingkungan dari dampak negatifnya.

Laporan : Darjun


Share This Article :

TAMBAHKAN KOMENTAR

3160458705819572409