BLANTERVIO103

Keramba, Antara Hoby dan Lapangan Kerja

Keramba, Antara Hoby dan Lapangan Kerja
Rabu, 22 Juli 2020

Ikan Nila kian diminati masyarakat bahkan beranjak jadi salah satu primadona. Ikan yang harganya setara isi kantong masyarakat ini makin sering jadi menu diwarung kaki lima, restoran, hotel berbintang, menu santapan berbagai perayaan pesta bahkan di Arab Saudi, Mekkah dan Madinah Nila jadi salah satu menu utama bagi jamaah Umrah dan Haji di Hotel berbintang.

Peluang ini dimanfaatkan masyarakat yang bermukim di Kompleks BTN Citra Tello Permai dan sekitarnya khususnya warga ORW XI Kelurahan Tello Baru Kec.Panakkukang Kota Makassar.  Diawali oleh Ketua RW, Ibrahim A.Azis, H.Junaid dan Nasura komi, membangun Keramba Jaring apung.  Terbuat dari bambu yang di ikat dengan ukuran 8 x 6 meter, terdiri dari 4 kotak, setiap kotak berukuran 3 x 4 meter, dibambu inilah jaring atau dari di ikat sesuai ukuran setiap kotak lalu dibawa bambu diikat gabus berukuran panjang 1 meter dengan lingkaran 60 cm, sebagai penopang, gabus yang berjumlah 12 ini membuat keramba terapung diatas air.

Jika air sungai surut maka keramba turun begitupun sebaliknya. Makanya disebut Keramba jaring apung. Setiap kotak bisa diisi ikan hingga 3000 ekor perkotak atau 12.000 ekor ikan setiap keramba, hal ini memungkinkan karena ikan berada di Sungai atau air mengalir. Karena bibit ikan dan pakan mahal maka rata-rata nelayan hanya mengisi 1000 ekor dengan biaya pakan selama 5 bulan masa pemeliharaan lebih kurang Rp 1.250.000, X Rp 1000 harga bibit perekor, maka setiap kotak membutuhkan biaya Rp3.250.000,- perkotak atau Rp 13.000.000,- perkeramba.

Harga jual perkilo usia 4 -5 bulan yakni antara Rp 35.000 - Rp 40.000,-  setiap kilonya antara 4 - 5 ekor ikan dengan tingkat keberhasilan setiap panen 65 - 75 persen.


Budi daya ikan ditepian Sungai Tello, sangat profektif, sumber daya alam ini sangat potensial untuk dikembangkan.  Hanya saja, sebagian diantara warga pemelihara ikan belum menjadikan kegiatan produksi bisnis masih sebatas hobby mereka setiap panen kumpul bersama warga makan bersama tentu hasil panen ikan piaraanya di keramba.

Tapi itu dulu, awal mula ada keramba dan belum banyak yang tertarik dengan alasan takut karena semua tahu kalau Sungai Tello di huni beberapa ekor Buaya berukuran besar. Karena melihat prosfeknya bagus dan permintaan pasar cukup tinggi akhirnya masyarakat pun tergoda dan beramai ramai bikin keramba.

Saat ini sudah ratusan keramba berjejer dibantaran sungai, keberadaannyapun tak menggangu arus air baik saat surut maupun saat air laut pasang.  Karena Sungai Tello bermuara di laut maka saat gelombang laut tinggi air sungai menjadi asing dan saat air laut surut air jadi tawar, air payau.  Itulah sebabnya masyarakat hanya memelihara ikan jenis Nila.  Beberapa jenis ikan pernah dipelihara seperti ikan Mas, Lele, Gurami dan Banden tapi tidak bertahan ikan Banden juga bisa menyesuaikan tapi jika ada perahu lewat apalagi speedbod, air sungai berkelombang ikan banden loncat keluar jadi butuh biaya tambahan untuk memeliharanya.

Kedepan, perlu dikonstruksi dan dirumuskan konsep ideal pemamfaatan potensi sumber daya alam Sungai Tello, oleh pemerintah mulai dari tingkat Kelurahan hingga pemerintah Provinsi Sulsel.  Selain potensi perikanan juga sebagai jalur transportasi dari Paccerakan - M tos, - Lakkang hingga ke pantai Losari. Selain memudahkan masyarakat juga bisa mengurangi beban kendaraan darat dikota dan ini potensi wisata yang belum tergarap secara serius.

Khusus prosfek budidaya ikan Nila sistim jaring apung, agar keberadaannya bisa berkontribusi nyata secara sosial, mental, ekonomi dan serapan tenaga kerja bagi masyarakat yang mendiami bantaan sungai yang rata-rata pekerja serabutan dan setengah pengangguran.


Posisi ini mendorong pemerintah kota Makassar dan pemprov Sulsel, berikhtiar memajukan sektor perikanan khususnya nelayan keramba jaring apung sebagai salah satu sektor prioritas penggaran dalam Anggaran Pendapatan belanja daerah - APBD Pokok setiap tahun berjalan.

Dengan demikian kelompok nelayan tepian sungai Tello bukan lagi kelompok marginal dalam politik anggaran.  Hal ini bukan isapan jempol belaka, melalui amanat presiden Nomor 3 tahun 2017, tentang rencana aksi percepatan industrialisasi perikanan adalah mandat bagi pemerintah daerah untuk mewujudkannya.

Selain keramba yang masih terbilang tradisional dengan alat seadanya, bibit dan pakan ikan dan modal usaha masih menjadi kendala utama bagi nelayan untuk mengembankan usahanya, kecuali segelintur diantaranya menjadikan budidaya ikan sebagai hasrat penyaluran hobby saja.

Padahal, jika revitalisasi keramba dan infrastruktur budidaya dibenahi dengan tatakelola yang baik maka ORW XI Kel.Tello baru kec.Panakkukan kota Makassar , bisa menjadi sentra ikan tawar jenis Nila dan destinasi wisata alternatif di tengah kota yang mampu memenuhi permintaan pasar ikan di kota makassar dan sekitarnya sekaligus wujud bergeraknya sektor perikanan darat yang tidak sedikit menyerap lapangan kerja guna mengikis pengangguran.
(aris asnawi selasa 21/7-2020 ).
Share This Article :

TAMBAHKAN KOMENTAR

3160458705819572409