BLANTERVIO103

Dulu Dibilang Gila, Kini Jadi Pelopor Sawit dan Pasir Pasangkayu

Dulu Dibilang Gila, Kini Jadi Pelopor Sawit dan Pasir Pasangkayu
Kamis, 23 Oktober 2025


Perjalanan hidup H. Z Suardi membuktikan bahwa keberanian berpikir berbeda bisa mengubah wajah ekonomi daerah.


Pasangkayu, Lenteramerahnews.co.id –

Tak semua mimpi besar lahir dari kenyamanan. Sebagian justru tumbuh dari pandangan sinis, dari ejekan, bahkan dari sebutan “gila”. Begitulah kisah H. Z Suardi, sosok di balik berdirinya CV Maju Bersama, perusahaan lokal yang kini menjadi penggerak ekonomi di Kabupaten Pasangkayu, Sulawesi Barat.

Di pertengahan 1990-an, ketika para petani masih menggantungkan hidup dari kakao, Suardi memilih langkah berbeda: menanam kelapa sawit. Sebuah keputusan yang kala itu dianggap tak masuk akal. “Sawit itu tanaman perusahaan besar, bukan untuk petani kecil,” begitu komentar orang-orang.

Namun Suardi punya keyakinan lain. Ia mendatangkan bibit sawit langsung dari Medan, menanam di lahannya sendiri, dan merawat setiap pohon dengan tekad kuat. “Saya percaya sawit punya masa depan,” katanya mengenang.


Menembus Dinding Keraguan

Langkah awal itu tak mudah. Saat pohon-pohon sawitnya mulai berbuah, perusahaan besar justru menolak hasil panennya.

“Untuk apa kamu tanam sawit?” tanya mereka sinis.

Suardi hanya tersenyum dan menjawab pelan, “Untuk ditanam, dan hasilnya nanti akan saya jual juga ke perusahaan ini.” Kata dia. 

Keluarganya sempat menegur. Saat itu harga kakao sedang melambung tinggi, sementara sawit belum jelas arah keuntungannya. Tapi waktu berpihak padanya. Dari panen kecil empat kilo enam tandan, hasil kebunnya meningkat hingga ratusan ton.

Dari sinilah nama H. Suardi mulai dikenal, bukan lagi sebagai “orang gila”, melainkan pelopor sawit rakyat di Pasangkayu.


Dari Sawit ke Politik, Lalu ke Pasir

Tahun 2004, Suardi menapaki dunia politik. Ia terpilih sebagai anggota DPRD Pasangkayu lewat Partai PDK, sekaligus menjabat Ketua DPD. Di parlemen, ia membawa semangat petani kecil, memperjuangkan pengelolaan sawit yang berkeadilan.

Namun darah wirausahanya tak pernah padam. Tahun 2012, Suardi kembali “menyimpang” dari arus umum. Ia menelusuri Sungai Lariang, memperhatikan potensi pasir yang selama ini terabaikan. Orang-orang kembali menertawakan langkahnya.

“Banyak yang bilang saya aneh, tapi saya tahu ada peluang besar di sana,” ujarnya.

Pengalaman ke Kalimantan membuka matanya. Ia melihat pasir dari Palu dikirim jauh ke luar daerah, bahkan hingga ke Balikpapan. “Kalau Palu bisa, kenapa Pasangkayu tidak?” pikirnya.

Dari situlah lahir CV Maju Bersama, pionir tambang pasir Sungai Lariang. Di awal perjalanan, Suardi sempat menandatangani kontrak kerja dengan PT Primaguna Balikpapan, capaian besar bagi usaha lokal yang semula dianggap mustahil.

Satu tongkang pertama dikirim ke Kalimantan tanpa menghitung untung. “Saya hanya ingin membuktikan bahwa Pasangkayu bisa,” ujarnya tersenyum. Kini, pasir Sungai Lariang telah menembus pasar Balikpapan, Halmahera, Kendari, hingga Manado.


Dari Nol, Kini Jadi Harapan Banyak Orang

Perjalanan H. Suardi dimulai dari titik nol. Lahir di Polewali Mandar tahun 1968, ia datang ke Pasangkayu pada 1990, ketika transportasi masih mengandalkan perahu kayu. Ia pernah menjadi buruh harian, bahkan menjual cincin anaknya demi bertahan hidup.

Namun dari kesulitan itulah lahir keteguhan. Kini, CV Maju Bersama bukan sekadar perusahaan, tapi rumah bagi banyak orang. Ia membuka lapangan kerja, membantu pendidikan, mendukung kesehatan, dan menggerakkan ekonomi masyarakat sekitar.

“Saya hanya ingin berbuat lebih banyak untuk orang banyak,” ujarnya di kantornya, Kamis (23/10/2025). “Kekayaan tidak akan dibawa mati, tapi kebaikan bisa tinggal lebih lama.” kuncinya. 


Warisan dari Sebuah Keyakinan

Kisah H. Suardi adalah bukti bahwa keberanian berpikir berbeda bukanlah kegilaan, melainkan langkah pertama menuju perubahan. Dari satu keputusan yang dulu dianggap mustahil, lahir inspirasi besar bagi Pasangkayu.

Karena di balik setiap kemajuan, selalu ada seseorang yang berani bermimpi, bahkan ketika dunia menertawakannya. (*) 



Share This Article :

TAMBAHKAN KOMENTAR

3160458705819572409